Rabu, 21 Juli 2010

BISIKAN ROH PEREMPUAN BELANDA

Rahmawati (36), yang memiliki kemampuan melihat dan mendengar suara-suara mahluk halus, mengaku dirinya sama sekali tidak terpikir untuk berburu harta karun. Secara kebetulan, petunjuk tentang harta karun diperolehnya justru ketika ia sedang berziarah di makam tua Kebon Raya Bogor. Bersama suaminya, Martono (36), dan lima orang rekannya, mendatangi makam tua tersebut. Konon, petunjuk gaib mengatakan adanya harta karun tersimpan di dekat makam tua, berupa emas batangan, platinum dan koin emas. Sayang, sedang asyiknya menggali keburu disergap petugas.
Rahmawati bercerita, ketika berumur 15 tahun ia menderita sakit parah. Sebagian tubuhnya lumpuh karena jatuh dari pohon jambu di depan rumahnya di Manado, Sulawesi Utara. “Bahkan saya sempat mati suri,” jelasnya.
Pengalaman mati suri itu, menurut Rahmawati, memberinya kekuatan untuk berkomunikasi dengan mahluk gaib. Sejak itu, Rahmawati sering ziarah ke makam-makam yang dianggap keramat. Diyakini, dengan berziarah Rahmawati akan kuat dan terbebas dari penyakit yang dideritanya.
Pada tahun 2000, ketika baru beberapa bulan tinggal di Jakarta, satu malam saat sedang khusuk berdo`a, ia didatangi roh Nyi Ratu Dewi Mas Roro Kidul. Ia berpesan soal kesehatan Rahmawati yang belakangan semakin memburuk, agar Rahmawati memulai lagi ritual ziarah. Tempat pertama ziarah adalah makam Sunan Gunung Jati di Cirebon.
Tetapi, kemudian lebih dari tiga tahun Rahmawati mendiamkan pesan itu. Akibatnya, kesehatan Rahmawati lambat laun semakin memburuk. Terakhir, dua bulan lalu ia merasa ajalnya semakin dekat. Ditengah malam Rahmawati berdo`a khusuk. Keesokan harinya, “sesuai amanat saya datang ke Cirebon bersama suami,” tuturnya.
“Selesai berdo`a, saya dikasih tahu kuncennya, supaya datang ke tempat pertapaannya Bung Karno di Batu Tulis. Lalu, ke kamar 308 di Hotel Samudra Beach yang dikenal kamar milik Ratu Kidul. Kali ini Rahmawati diberi petunjuk langsung oleh Ratu Kidul.
“Saya disuruh datang ke makam keramat di Kebun Raya Bogor,” kata Rahmawati. Bahkan ia sempat diberi kalung bermata batu putih seperti kristal.
Situs Batu Tulis
Beberapa minggu kemudian, Jumat (16/1), ditemani Martono, Darsono, Agus, suami istri Bambang dan Warsini, serta anak mereka Apriandi, Rahmawati mendatangi makam tua di Kebun Raya.
Sebelumnya, mereka mampir ke Batu Tulis Bogor yang juga pernah dihebohkan menjadi tempat harta karun. Lokasi penggaliannya tepat di bawah tumpukan batu bekas tambatan kuda.
Waktu itu, salah seorang paranormal suruhan Said Agil yang menentukan titik penggaliannya, namun hingga pukul 18.00 WIB, Kamis (15/8) petang, tidak ditemukan apapun. Penggalian itu sendiri banyak ditentang berbagai pihak, diantaranya Pemuda Panca Marga Jawa Barat, Forum Purbakala Bogor Selatan, Suara Daya Mahasiswa Sunda Cabang Bogor, dan Himpunan Warga Peduli Bogor. Akhirnya, penggalian dihentikan dan kasusnya tidak jelas hingga kini. Padahal di lokasi ini dengan jelas tertera papan perlindungan cagar budaya yang dipertegas oleh UU No 5 tahun 1992 dengan ancaman hukuman maksimal lima tahun kurungan.

Roh Perempuan Belanda

“Kami sampai menjelang malam di Kebun Raya. Setelah bertanya dengan satpam, kami diberi petunjuk ke makam Mbah Japra di Kebun Raya yang biasa menjadi tempat ziarah. Sampai disana, saya merasa bukan itu tempatnya. Kami tanya lagi dengan satpam, di mana lagi ada kuburan. Satpam bilang di dekat Taman Meksiko disebelah Barat Kebun Raya ada tiga makam tua,” tutur Rahmawati.
Berbekal petunjuk satpam, mereka menyusuri setiap pelosok Kebun Raya yang gelap gulita.saat itu, jam menunjukkan pukul 20.00 WIB malam.
“Dilihatnya tiga makam tua di bawah pohon besar, saya langsung mendapat firasat, inilah tempatnya,” jelas Rahmawati. Sementara Martono membakar kayu sebagai penerangan.
Ketika tengah sibuk membersihkan dua dari tiga makam itu, kata Rahmawati tiba-tiba ia didatangi roh perempuan Belanda. Ia berkomunikasi dengan Rahmawati dengan bahasa Inggris dan Belanda. Rahmawati tidak begitu paham. Yang ia tahu perempuan itu menunjuk ke arah gundukan tanah di atas dua makam tersebut.
“Dig down, dig down,” seru roh perempuan Belanda kepada Rahmawati. “Saya tanya ke Pak Darsono, dia bilang dig down. Apa artinya? Kata Pak Darsono kita harus menggali gundukan itu,” tutur Rahmawati serius.
Darsono, Agus, Martono dan Bambang dengan sekop dan pacul mulai menggali. Sementara Rahmawati duduk tapakur di dekat makam, khusuk berdo`a. Dalam komunikasinya dengan roh, Rahmawati menyimpulkan di bawah gundukan tanah itu terdapat peti besi yang berisikan batangan emas, koin emas, platinum, sebuah Alkitab dan bubuk uranium.
“Roh itu berpesan kalau nanti peti sudah ketemu, hartanya silahkan diambil. Tetapi ia minta Alkitabnya dikirim ke Belanda,” Jelas Rahmawati.

Peta Harta Karun

Ketika tengah menggali, dari dalam tanah keluar benda sebesar ibu jari, berwarna coklat. Ternyata sebuah dompet kecil. Penasaran, para penggali langsung membuka isinya.
“Ternyata di dalamnya ada kertas kecil warna coklat. Kami buka pelan-pelan kertasnya. Di kertas ada gambar pohon, dua makam, tulisan 1820 dan tands X. Kami langsung pikir ini pasti petunjuk soal harta karun,” ujar Martono.
Bayangan akan harta karun semakin dekat di mata. Tiba-tiba, dari dalam tanah terlontar sebutir batu merah bening. Para penggali langsung heboh mereka berebut meraih batu merah. Namun aneh, batu merah itu kembali masuk ke dalam tanah.
“Saya marahi mereka. Jangan terlalu rakus dan terburu-buru. Lagipula kalau nanti hartanya ditemukan kan bukan buat kita. Tujuan kami ini kan untuk kepentingan negara,” tegas Rahmawati.
Mereka mulai menggali lagi. Beberapa saat kemudian, batu merah kembali loncat keluar tanah. Kali ini batu merah disertai batu putih. “Ini benar-benar pertanda penting,” tegas Rahmawati.
Selang beberapa waktu, dari dalam tanah tercium aroma tidak sedap seperti bau zat kimia. Rahmawati segera meminta para penggali untuk berhenti sejenak. Mungkin, itu bau uranium dari dalam isi peti.
Melihat pertanda akan munculnya peti harta karun, Rahmawati meminta mereka menutupi lubang dengan kain goni. Namun, baru saja lubang ditutupi, datang serombongan orang.
Belakangan diketahui, mereka adalah aparat hukum. Setelah diperiksa di tempat, Rahmawati dan teman-temannya digelandang ke kantor polisi.
Rahmawati protes keras, memohon untuk menunggu hingga pukul 24.00 WIB sesuai petunjuk gaib. “Karena pada jam itu akan keluar petinya,” tegasnya.
Namun, permintaan itu ditolak polisi. Rahmawati dan teman-temannya tetap diangkut ke polresta Bogor. **

Tidak ada komentar:

Posting Komentar